3 min Reading
Add Comment
![]() |
ilustrasi dari http://lifestyle.okezone.com |
Salamku
Wahai kesepian yang merana dan
meratap sambil memelukku. Dengan sesenggukan memohon agar supaya aku menuliskan
tentangnya. Baiklah. Toh nggak ada ruginya bagiku merangkai dirinya dalam
tulisanku kali ini.
Aku cukup mengenal baik dirimu. Mengenal
bagaimana perasaanmu. Bagaimana dirimu secara lengkap. Karena kau selalu saja
menemaniku di manapun aku berada. Tanpa harus bilang “yuk kenalan” kita sudah
saling mengenal. Sudah saling mengerti dan tahu. Bahkan saat musik menggaungkan
do re mi nya. Kau tetap menjadi tumpuan keseharianku. Kurang baik apa diriku
menerimamu. Mengorbankan waktuku hanya untuk mengenalmu secara lebih spesifik. Sekarang
akan aku ceritakan tentangmu. Setelah selama ini aku mengenalmu, wahai
kesepian.
Kau menenangkanku ketika aku
sedih, lara, galau dan tak punya kerjaan. Begitupun ketika aku senang, bahagia
dan banyak hal yang harus kulakukan untuk menjadikan mimpi-mimpiku kenyataan,
kau selalu datang menyemangatiku. Ketika kuseduh teh buatan mamal. Di situ aku
menemukan jiwa dengan semangat yang tak pernah aku mengerti. Mengalir secara
deras bagaikan air terjun yang tak mau kekeringan menuangkan air dari atas ke
bawah hanya untuk menghidupkan manusia di bumi ini. Begitu seduhan melalui
mulutku, pikiranku melayang kepadamu. Kepada kau yang begitu dominan
menguasaiku. Mengajariku bagaimana rasa rindangnya pelukanmu sehingga
menjadikanku teduh. Menguasai pemikiranku, tuk memunculkan berbagai tema dan
serat ilmu yang bisa kubagikan lewat tulisan-tulisan. Hanya orang-orang bodoh
yang tak pernah mau mengenalmu dan mengusirmu jauh-jauh dengan kesibukannya
memainkan handphone, bermain game, mendengarkan musik, berorganisasi, dan berteman
dengan sejuta kesibukannya sampai tak pernah ia mengindahkanmu. Mereka selalu
berpikir membuat kesibukan supaya melupakanmu. Karena mereka hanya menganggapmu
sebagai hal yang tak perlu ada dalam hidupnya. Tapi, aku tak bisa menjadi
seseorang yang seperti itu. Aku lebih suka mengenalmu dan menjadikanmu sahabat
terbaikku. Karena kau selalu ada dan memiliki nyawa dalam hidupku. Biarpun saat
sahabat manusia yang akrab denganku tak pernah mengusikku lagi karena sibuk
dengan pekerjaannya. Aku tak menyalahkan dia karena kesibukannya. Karena aku pun
tak sering mencoba menghubunginya, sebab pasti akan mengganggunya menggapai
impiannya juga. Sesekali tetap aku hubungi, karena dialah kawan nyataku. Kawan dengan
nyawanya yang juga terkadang memberikan semangatnya yang membuatku tergugah.
Kau selalu mengajak angin
memainkan musiknya untuk menghiburku yang kepanasan terpanggang terik matahari.
Mengundang teduh untuk menetralkan emosiku yang terkadang muncul tanpa
terkendali. Menghujaniku dengan mimpi-mimpi yang bisa aku gapai dalam
memikirkan impian. Membanjiriku dengan air yang menjadikanku berpikir bagaimana
menuntaskan masalah. Selalu saja aku merasa takjub, saat tiba-tiba kau berikan
aku sebuah kado dalam menjalani kehidupan ini dengan tenang dan olah otak yang
jernih. Kau adalah segalannya untukku. Karya, gubahan, pola pikir, coretan dan
guratan. Kau adalah kesetiaan yang tiada tara dalam menciptakan semua itu dalam
hidupku. Aku suka, senang, dan bangga menjadi sahabatmu.
“ Kesepian adalah
naluri pemikat diksi jadi kalimat puitis. Dengan segala keresahan dan
kegundahan hati. Tentunya dibumbui kepekaan akan sesuatu.”
Salam cintaku untukmu, kesepian.
Kairo, 23 April 2017
Suyuthiahmad
Suyuthiahmad
0 komentar:
Posting Komentar