2 min Reading
Add Comment
Mencintai, membenci,
memusuhi, menyayangi, dan mengasihi menjadi tolak ukur mengenai sebuah kepedulian.
Kalau dikatakan dengan ucapan, dilakonkan dengan gerak-gerik badan dan
diekspresikan dengan mimik muka, bentuk kepedulian itu tergambarkan.
Tergugah rasaku
Merintih tersedu
Menikam mataku
Sidik jari merah berlumur darah
Mendekap sekujur tubuh
Tergeletak di persimpangan
Dan kendaraan itu terbirit-birit
Merelakan kemanusiaan yang bertabiat
...
Sidik jari merah berlumur darah
Mendekap sekujur tubuh
Tergeletak di persimpangan
Dan kendaraan itu terbirit-birit
Merelakan kemanusiaan yang bertabiat
...
Berpribadi meramu manusia
dari ia berpikir, memandang dan mengamati.
Menerka
Kumelihat wajahmu merana
Merasakan luka dengan rahasia
Benarkah dia lupa
Menyayangimu dengan ketulusannya
Kumelihat wajahmu merana
Merasakan luka dengan rahasia
Benarkah dia lupa
Menyayangimu dengan ketulusannya
Dan memihak keegoisan rasa
Tangismu mengalirkan sandiwara
Kukira, ternyata emang itu benar adanya
Lalu, Haruskah kumencinta
Jika percaya sudah jadi hal biasa
Untuk dilupa dan ditinggal bergitu saja
Sepedih itukah mengoyak hati manusia
Meninggalkan rintihan dan derita
Dengan pilihan lainnya
Meninggalkan rintihan dan derita
Dengan pilihan lainnya
...
Aku selalu suka mencari
masalah. Kalaupun ia harus membuatku bersepi ria aku terima. Bukan karena tiada
bahagia kurindukan dalam jalan hidupku, tapi hanya kulukiskan penjemputan
sebelum penyesalan berkiprah di ujung jalanku. Bahkan tanpa aku mencarinya pun,
ia sudah menyapaku. Silih berganti dengan rasa yang berkecamuk dalam dadaku.
Tidakkah kau tau, pola
pikir, kedewasaan dan kebijakan menyertai detak masalah yang akan dipecahkan.
Secara cepat atau lambatkah meneriakinya agar hilang dan tak kembali, kau harus
bisa menyelesaikannya. Jikalaupun harus berkelahi, sehabis itu balikan lagi. Masalah
datang bukan untuk kau sesalkan, tapi mengajarimu bersandiwara dan berekspresi
diri. Menuangkan luapan hati dan sikap dengan emosi, bahagia, sedih, menyendiri,
teriak, amarah, mengerang, dan diam.
Ah,,,
Aku mengerang meneriaki
kemalangan
Bukan harapan untuk kemenangan
Tapi persoalan mencincang-cincang tenggorokan
Dahagaku penuh haus membalaskan
-kusenyumin saja
Kata perempuan itu ketika mengerti persoalanku
Judes kali pikirku
Seakan senyuman ekspresi untuk terselesaikan
Haruskah kuteriak lantang diperbukitan
Lalu terjun ke jurang kesepian
Menemani ia bersandiwara dengan senyuman
Dan aku gila termakan ucapan
Bukan harapan untuk kemenangan
Tapi persoalan mencincang-cincang tenggorokan
Dahagaku penuh haus membalaskan
-kusenyumin saja
Kata perempuan itu ketika mengerti persoalanku
Judes kali pikirku
Seakan senyuman ekspresi untuk terselesaikan
Haruskah kuteriak lantang diperbukitan
Lalu terjun ke jurang kesepian
Menemani ia bersandiwara dengan senyuman
Dan aku gila termakan ucapan
Wanita kepura-puraan
...
Taukah kau, aku pingsan
dalam diam.
Kairo, 30 November 2017
0 komentar:
Posting Komentar