1 min Reading
1 Comment
Kemana kau akan selalu berlabuh, bilamana kau terombang-ambing
tidak menentu arah. Terkalahkan oleh desiran air yang mengalir, berputar,
menerjangmu ke arah yang kaupun tidak mampu menolaknya. Kekuatan apa yang kau
punya selain do’a yang kau panjatkan. Begitulah nasib berpihak padamu. Sendiri,
di atas air tanpa bisa kau kendalikan, bahkan jika kau berontak. Pilihanmu
kalau ga karam ya hancur di tepian pantai.
Di sisi lain, kau hanya akan mampu mendapatkan apa yang kau
idam-idamkan hanya dengan kau bersama manusia, berdampingan dengannya menuju
hulu yang kau impikan. Hulu dimana kau akan kembali. Tetapi itu bukan tempatnya,
itu hanya tempat dimana kau beristirahat sejenak. Tempatmu kembali memanglah
laut dan karam di dalamnya.
Kau itu adalah segelimpang kayu yang tak mampu mengelak,
meski kau bisa bernafas lega bila ada yang menaikimu. Meski tak sepenuhnya membuatmu
lega. Sebab, adakalanya mereka yang menaikimu juga meninggalkanmu bahkan
menghancurkanmu. Dengan alasan kau sudah tidak berguna lagi baginya. Kau itu cuma
tempat yang cocok untuk dimanfaatkan.
Cukup kau bersyukur dengan jalan hidupmu dan berusaha
menyenangkan mereka yang menaikimu selama kau mampu. Baik dalam membawa mereka
ke lautan luas maupun membawa mereka kembali ke tepi pantai dimana mereka
kembali. Itu sudah lebih baik.
1 komentar:
Ceritanya bagus mas
Posting Komentar