Kau yang Selalu Aku Sayangi




Surat ini untukmu, sayang.

Aku suka merangkai kerinduanku padamu. Meski tak sempat kusampaikan padamu secara langsung. Tapi, selalu kuukirkan namamu dalam tiap kerinduan yang menentramkanku dalam membayangkan dirimu. Mulut manismu dengan bibir-bibir yang mungil nan-menggoda, muka bulat penuh dengan kesejukan bilamana dipandang bahkan dibayangkan, mata yang berbinar-biar memberikan ketentraman jiwa, kulit putih berseri-seri bagaikan cahaya yang tak menerima kegelapan, bahkan untuk sekedar titik bernoda. Begitu sempurna kumiliki bayang tentangmu dalam kerinduanku padamu. Bahkan sikapmu yang lembut, sopan santun, kemalu-maluanmu untuk terus bercakap dengan seorang pemuda maupun pria yang belum sah dalam ikatan, keshalehahanmu dalam hal ibadah dan ritual keagamaan, aku menyukainya. Dan sekarang, aku merindukanmu. Sangat.

Merangkaimu dalam setiap tulisanku adalah sebuah motivasi tersendiri bagiku untuk terus menyukaimu dan memperjuangkanmu. Meskipun untuk saat ini, bukanlah saat yang tepat untuk membicarakan hubungan yang lebih dalam selain hubungan teman. Dan aku merasa, hubungan seorang teman itu cukup untuk sekarang. Aku pun tak mau lebih. Karena aku juga menghargai keinginanmu yang tak mau seperti kebanyakan orang normal lainnya, menyebut hubungan mereka lebih hebat karena mereka tidak jomblo lagi. Mudahnya mereka sering menyebutnya pacaran. Aku akan bersabar untukmu, untuk kita berdua menjalin hubungan yang begitu indah dengan ikatan halal, bukan ikatan buatan orang-orang. Kau tau sendiri, bahwa hubungan paling menyamankan kita sekarang adalah teman dengan kekaguman dan kesukaan yang di tanam dalam balutan hati yang disembunyikan. Meskipun aku ungkapkan dalam kata-kata dan tulisan, tak semuanya tergambarkan tentang kita. Tapi yang sekarang tersembunyikan antara kita lebih indah dari tulisan kali ini. Aku yakin kau paham akan itu.

Ah, sungguh lihai benar kau meguasai diriku tuk mengisinya dengan segala hal tentangmu. Tak ada penolakan dariku pun meski secuil niat untuk tak menerimanya. Betapa hebat kau memang mengaduk-aduk perasaanku bagaikan kau ciptakan pelangi dengan warna-warninya dalam hatiku ini. Apalah dayaku, teruslah kunikmati suguhan tentangmu dan kucoba merangkainya dalam surat ini. Semampuku. Meskipun tak sesempurna kau ciptakan semua bayangmu dalam jiwa dan hatiku. Aku usahakan kaupun juga menyukainya bila membaca surat ini. Setapak demi setapak ketika kau mulai menjeratku menyukai kemolekanmu, yang akhirnya kutau kaupun memiliki kepribadian yang molek juga. Sungguh kesempurnaan yang selalu ingin kumiliki, entah ketika bertemu denganmu, ngobrol denganmu, maupun membayangkanmu pula merindukanmu. Bahkan nada dan tutur lembutmu masih saja aku ingat dengan gerak bibir yang begitu menawan. Ah, aku benar-benar terbuai olehmu. 

Untuk saat ini, memang media menjadi pelampaisanku menuangkan segala yang kurasakan. Utamanya tentangmu, sayang. Percayalah, sepandai-pandainya aku menuangkan perasaanku pada berbagai media, tak satupun sanggup mewakili segala kemewahan yang kau berikan di balik hatiku yang terus mengingat tentangmu. Bisa dikata, dalam rangkaian tulisan-tulisanku hanya secuil yang mungkin tersampaikan bila bukan dikau yang membacanya. Aku jamin itu. Sebab itulah aku terus percaya kau mampu menerjemahkan segala yang kutuliskan tentangmu. Karna kaupun telah mengusai diriku pada setiap jengkalnya.  Begitu pula kepemilikan hatiku yang penuh akan perasaan suka dan sayang padamu.

Sayang, teruslah kau miliki hatiku. Begitupun sebaliknya. Karena dengan begitu, semangat hidup itu semakin kuat. Diantara semangat yang diberikan-Nya lewat perantara orang-orang tersayang sepertimu, maupun berbagai hal yang kulihat dan perhatikan di dunia ini. Jangan sampai kau menyerah menyalakan api kesukaanmu pada orang-orang yang kau sayangi dan cintai, sayang. Karena dengan begitu, aku percaya hidup ini mendamaikan dan menentramkan. Untuk itulah, teruskan perjuanganmu mencintai dan menyayangi segala ciptaan-Nya. Harapku pun cintamu untukku juga lebih membara lagi, setelah kau membaca ini. Untukumu yang di seberang sana, aku menyukaimu.

Kairo, 27 Oktober 2016

0 komentar:

My Instagram