Hai Pagi!


Hai pagi!

Senja tak akan mengusikmu dengan sore yang mengajak malam untuk bersemayam. Ia tak akan berani mencampuri urusanmu yang tersibuk dengan buih-buih air jadi embun. Sebab senja cukup merasa eksis di waktu sore hari saja. Dan tak akan mengadu jika dirinya stagnan di sana. Ia sudah memiliki teman temaran dan malam yang siap melahapnya jadi musnah dan tertelan gelap dunia. Untuk mempermasalahkan kemusnahannya saja ia tak mau meskipun jika ia mampu. Ia lebih senang menghantarkan orang-orang mengenangnya sebagai keindahan yang terbias dari bola mata masuk ke hati dan sanubari.

Taukah kau wahai pagi, mengapa senja begitu setia pada sore hari? Tidak lain karena senja akan memancarkan cahaya keemasan dari matahari menjadi orange yang menentramkan hati. Dan senja paling suka jika dirinya jadi objek yang dikenang manusia. Dengan berbagai foto dan kata-kata yang manusia sebut sebagai sunset. Sesekali lihatlah senja berpose ketika para mata mengintipnya dari balik kamera. Yang berusaha membidik kecantikan dirinya. Kau pun bahkan bisa ikut terpesona padanya. Bisa diibaratkan senja itu bagai magnet yang menarik benda-benda jauh mendekat padanya. Apalagi yang sudah dekat. Tapi masalahnya jika kau coba mengintip atau berusaha menemui senja, bisa-bisa hancurlah waktu dan dunia ini. Meskipun belum saatnya tapi aku yakin kau akan dapat bertemu keindahan senja itu kok.

Aku sendiri terkadang suka menuliskan kata dan diksi jadi rumusan hati yang mewakili senja. Seperti ini :

Senja
Mataku penuh ketika melihatmu
Bahkan hatiku tertaut kecantikanmu
Jiwaku melayang menikmati manismu
Dan ragaku hilang menancapkan rindu dan pilu
Semilir sepoi-sepoi menelisik kulitku
Mengingatkanku lagi  pada rindu dan pilu
Pada senja waktu itu
Begitulah rasanya rindu tanpa tandu
Beginilah pilu yang tak bosan untuk menyatu
Keduanya tak cari pamrih dariku
Tapi keduanya membuatku terpaku

Itulah senja, pagi.

Sabarlah, meskipun terkadang senja lebih menarik manusia dari pada sunrise-mu. Tapi tetap ada kok pengagummu yang setia pada karya-karyanya tentangmu.

Pagi, aku juga suka senja. Tapi tak kupungkiri juga, aku menyukaimu. Tak mungkin aku bisa sampai senja jika tak bertemu denganmu. Dengan embunmu, dengan sejuk udara segarmu, dengan kicau burung dan suara juga gema pagi yang membangunkan tidur lelapku. Jika aku ibaratkan kamu adalah awal dari misteri. Awal di mana mimpi dibangun dan dikuatkan lagi, di mana sketsa kehidupan di rangkai dan dipolakan, di mana segarnya otak menerima siraman rahani, di mana ketenangan dan ketentraman menjelang hari yang melelahkan nanti, dan di mana hati merasakan syukur karena nyawa belum meregang dari raga dan diri.

Untukmu, pagi. Aku menyukaimu.
Untukmu, senja. Aku mencintaimu.


"Jika senja adalah kata-kata, maka pagi adalah rupa-rupa"

Kairo, 06 Juli 2017

0 komentar:

My Instagram