Mewariskan Sejarah atau Menorehkan Masa Depan?

Mewariskan Sejarah atau Menorehkan Masa Depan?

Semua manusia pastilah memiliki mimpi-mimpi yang ingin disukseskan. Dalam artian, mimpinya itu ingin menjadi sebuah kenyataan. Pun juga bermanfaat dan berguna, lebih-lebih memberikan motivasi bagi yang lain. Seperti halnya mereka yang bermimpi menjadi dokter. Mereka akan dengan sungguh-sungguh mengejar mimpi itu menjadi kenyataan. Dan setelah mereka dapat menyandang kenyataan itu (baca: Menjadi dokter), mereka akan dihadapkan dengan pergolakan batin, bahwasanya ia menjadi dokter tidak sekedar jadi dokter biasa, apalagi mendapatkan embel-embel dokter gadungan. Jadi, secara tidak langsung mereka juga akan berusaha menjadi dokter yang bermanfaat dan berguna, bahkan memberikan motivasi bagi semua orang.

Sedikit banyak, manusia yang memiliki mimpi akan berusaha seperti contoh diatas. Berusaha menjadikan mimpinya itu nyata dan bermanfaat, bahkan memberikan motivasi. Akan tetapi, bilamana kenyataan mengatakan lain (baca: mimpinya hanya sekedar mimpi semata), mereka sering kali  mendapati dirinya frustasi sebab apa yang dimimpikan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Inilah yang salah dan tidak perlu dicontoh. Maka dari itu, seharusnya mereka yang mengalami kegagalan mimpi bisa belajar dari kegagalan itu dan tidak larut di dalamnya. Bagusnya lagi mereka dapat membuktikan bahwasanya mereka bisa mewujudkannya, meski untuk sekarang ini waktu belum bisa menjawab mimpinya.

Setelah sedikit panjang lebar, saya tidak akan membahas mengenai mereka yang frustasi dengan mimpi-mimpi mereka. Tetapi saya akan membahas mengenai mereka yang mampu mewujudkan mimpi mereka dan untuk kedepannya. Alasan saya simple, manusia lebih suka pembahasan yang enak dan memberikan semangat, bukan frustasi maupun penyesalan yang berujung kegalauan. Walau tidak menutup kemungkinan pembahasan mengenai hal itu terkadang mampu memberikan pencerahan dan pelajaran tersendiri bagi manusia.

Sebelumnya, saya akan mencoba membahas mengenai proses menuju mimpi itu jadi kenyataan. Untuk menuju kesana, proses yang sebaiknya dijalani adalah adanya persiapan dan kesiapan. Pastinya, persiapan dan kesiapan itu harus didasari adanya niat yang kuat dan rasa percaya bahwa mereka dapat mewujudkannya. Bahkan juga percaya, bahwa mimpinya tersebut dapat memberikan manfaat, baik itu untuk sendiri maupun banyak orang. Dari niat dan kepercayaan itulah mereka akan dengan sungguh-sungguh mengejar mimpi mereka supaya terwujud. Meski, seringkali rasa malas masih saja menggoda dalam proses perwujutan mimpi itu. Untuk itu, kita sebaiknya memandang rasa malas itu sebagai bumbu yang perlu diolah sehingga nantinya memberikan cita rasa yang enak dan lezat. Bukan menjadikannya sebagai pemuas batin yang perlu dimanjakan. Dari kedua hal itulah saya rasa kesungguhan akan tercipta dan jalan  menuju mimpi itu jadi terang dan terasa mudah untuk dicapai.

Bagi mereka yang telah melewati proses diatas dan mendapati mimpi mereka menjadi kenyataan. Sudah semestinya mereka bersyukur atas hal itu. Kalaupun tidak, mereka termasuk sebodoh-bodohnya manusia, sebab sudah diberikan nikmat (mimpinya jadi kenyataan) tetapi mendustakannya (dalam artian tidak mensyukurinya).

Maka dari itu, mereka haruslah ingat dasar utama dari bermimpi sehingga nantinya pribadi mereka itu baik dan bagus. Nah, untuk dasarnya sendiri yaitu mereka yang bermimpi dan berani untuk mewujudkannya, harus berani juga dalam bertanggung jawab. Seperti halnya ingin menjadi dokter dan terwujud jadi dokter, ia bersyukur mimpinya terwujud. perilaku mensyukuri tersebut merupakan sebuah pertanggungjawaban pada Tuhan atas nikmat yang diberikan.

Secara tidak langsung, pemimpi yang mendapati mimpinya jadi kenyataan, seharusnya mereka akan dibawa untuk berpikir –Proses yang saya gunakan apakah sudah benar? Berdampak pada mewariskan sebuah sejarah pada masanya atau menorehkan masa depan?- Sebelum menjawab pertanyaan itu, pemimpi harus mengetahui apa yang dimaksud dengan mewariskan sejarah ataupun menorehkan masa depan. Baiklah, saya akan menjabarkan apa yang dimaksud dengan keduanya. Pertama, mewariskan sejarah adalah membuat proses menuju mimpi-mimpi yang telah terwujud itu hanya menjadi sebuah sejarah, yang mana sejarah sendiri itu perlu diingat, dikenang, dihormati, dipelajari sehingga memberikan manfaat. Sedangkan menorehkan masa depan adalah membuat proses menuju mimpi-mimpi tadi menjadi pengubah masa depan yang cerah, bukan sekedar menjadi sejarah saja.

Saya berikan contoh yang cukup mudah, untuk mereka yang memiliki anak, pastilah mempunyai mimpi supaya anaknya jadi anak yang baik dan benar. Untuk menjadikannya menjadi kenyataan pastilah ada proses disana, yaitu cara mendidiknya. Cara mendidiknya itulah yang nantinya mempengaruhi menjadi mewariskan sejarah atau menorehkan masa depan. Umumnya mereka yang memiliki anak masih kecil mendidiknya dengan memberikan mainan. Tidak salah sih, tapi hal ini hanya akan mewariskan kenangan atau sejarah pada anaknya, bahwasanya dulu pernah diberikan mainan. Akan berbeda bila anaknya yang masih kecil diberikan pelajaran tentang agama, seperti membaca Al-Qur’an sejak kecil. Hal ini akan berdampak untuk masa depan, artinya hal itu menorehkan masa depan pada anaknya.

Saya rasa contoh itu cukup memahamkan dan mudah untuk dimengerti. Lalu, setelah saya jelaskan secara panjang lebar seperti di atas, ada sebuah pertanyaan untuk kalian yaitu kalian mau mewariskan sejarah atau menorehkan masa depan? Pilih yang mana? Nah, setelah kalian memilihnya, pati kalian tahu dong terbawa kemana mimpi-mimpi kalian dan dampak apa saja yang akan terjadi. Saran saya, cobalah untuk melakukan yang terbaik untuk pilihan yang kalian pilih dalam kehidupan kalian. Tapi ingat, hal itu mewariskan sejarah atau menorehkan masa depan? (Ahmaedeja/ahmaestudio)


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sejarah dan masa depan, ulasan yg bgus untuk sy simak lebih lanjut,,,,

My Instagram