Membaca Titik dan Koma



Teruntuk
Kau yang merindu

Biarkan angin menerpaku pada dinginnya diammu.  Kunikmati ia seakan hidupku penuh derita tanpa jeda. Dan senyum bibirku mengisahkan ucapan kosong tanpa kata-kata. Bahkan titik dan koma dalam abjad tulisan tersekat luka untuk mengatakannya. Semuanya untukmu. Rindu yang membuatku mengerti engkau kumiliki saat akad nanti. Rayu hatiku.

Aku menuliskan kata-kata dan mengetiknya hingga mudah dicerna. Kalaupun kau tak biasa membacanya, angin malam akan mengabarkan lewat hembusannya. Jika masih belum sampai, biarlah ia merana menanti dirimu dalam doa pada tiap hurufnya. Tiada kumenuntutmu untuk membelai kata ini sampai kau jemu membaca. Saat kau temukan fatamorgana dalam rangkaiannya dengan kenyataan yang ada, berpikirlah aku berbeda dalam asmara dan canda tawa.

Ketika kopiku tak tersedia, tiada kuminta ia memerankan suaraku dalam diam, mencintaimu dalam kelam. Sebab kalau kusajikan, sungguh kumengajak ia begadang menikmati malam dalam sunyinya suara ilalang yang dahulu kudengarkan. Aku duduk terdiam, setelah kuputuskan untuk menyajikannya, karena aku tak mau sendirian merasakan cinta yang merindukanmu tanpa reda.

Angin yang merangkak menyelip lubang jendela, setia untuk membisukan panasnya aroma. Meringkus malam jadi serba tiada. Dan aku hanya menerima kalau diriku terbuai asmara.

Malam ini kuterdiam merindumu.

Kairo, 18 Desember 2017


0 komentar:

My Instagram