1 min Reading
Add Comment
Teruntuk
Kau yang merindu
Kau yang merindu
Biarkan angin menerpaku pada
dinginnya diammu. Kunikmati ia seakan hidupku
penuh derita tanpa jeda. Dan senyum bibirku mengisahkan ucapan kosong tanpa
kata-kata. Bahkan titik dan koma dalam abjad tulisan tersekat luka untuk
mengatakannya. Semuanya untukmu. Rindu yang membuatku mengerti engkau kumiliki
saat akad nanti. Rayu hatiku.
Aku menuliskan kata-kata dan
mengetiknya hingga mudah dicerna. Kalaupun kau tak biasa membacanya, angin
malam akan mengabarkan lewat hembusannya. Jika masih belum sampai, biarlah ia
merana menanti dirimu dalam doa pada tiap hurufnya. Tiada kumenuntutmu untuk
membelai kata ini sampai kau jemu membaca. Saat kau temukan fatamorgana dalam rangkaiannya
dengan kenyataan yang ada, berpikirlah aku berbeda dalam asmara dan canda tawa.
Ketika kopiku tak tersedia, tiada
kuminta ia memerankan suaraku dalam diam, mencintaimu dalam kelam. Sebab kalau
kusajikan, sungguh kumengajak ia begadang menikmati malam dalam sunyinya suara
ilalang yang dahulu kudengarkan. Aku duduk terdiam, setelah kuputuskan untuk
menyajikannya, karena aku tak mau sendirian merasakan cinta yang merindukanmu
tanpa reda.
Angin yang merangkak menyelip
lubang jendela, setia untuk membisukan panasnya aroma. Meringkus malam jadi serba
tiada. Dan aku hanya menerima kalau diriku terbuai asmara.
Malam ini kuterdiam merindumu.
Kairo, 18 Desember 2017
0 komentar:
Posting Komentar