2 min Reading
3
Comments
"Setiap perjalanan memiliki tangkai-tangkai rindu yang siap menghijaukan" Ahmae De Ja
Tangkai-tangkai, lunglai terkulai bersama angin yang menerbangkan cita dan kasih sayang. Mengandai-andai denyut angan yang menjadi penidur lara-lara kesedihan. Berhiaskan rindu-rindu penerawang batin. Ia jadi luapan suapan-suapan keterpurukan. Galau.
Berdampingan deburan dan desir pepasiran yang beterbangan. Sayup-sayup bisik angin menyandera indera. Memasung kesepian bermesraan. Terbengkalai.
***
Pendiam. Seperti pohon bersama rantingnya yang tumbuh tanpa mampu merasakan pergi jauh mengelilingi dunia. Di sinilah saya dituntun untuk memerhatikan dunia yang mulai renta dengan prinsip yang pudar terbawa alur perhiasan dunia. Hal ini begitu menggelitik saya untuk merenung. Mencari solusi untuk prinsip yang pudar tuk kembali tegar.
Seorang perindu. Menerawang batin memuaskan rasanya dengan bertemu dan menjaga. Begitulah kejamnya hidup, menjadi perindu yang siap menelusuri rasa yang dimiliki dan menjaganya tetap suci. Meski dengan bertemu dapat sedikit mengikis rindu yang ada, suci adalah nilai mahal yang tidak bisa ditawar.
Siasat galau. Mencari bulir-bulir penerangan setiap anai yang bergoyang melambai-lambai mempertahankan. Dalam diam pun aku mencoba menerapkannya. Menjadi penggalau yang terus mencari penerang disetiap masalah yang belum terselesaikan.
Diam,rindu dan galau. Sebagaimana saya lampirkan syair-syair dalam paragraf pertama. "Tangkai-tangkai, lunglai,,,"
***
Bergerak. Sebagaimana tikus menerobos padi-padi menghindari ular yang mengejarnya. Hal seperti inilah yang mengajarkanku untuk tetap bisa lolos dari masalah yang ada. Bukan berati lari dari masalah, tetapi mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah itu. Meski terlihat seperti kabur darinya.
Memusatkan. Titik itulah konsentrasi diarahkan untuk memfokuskan dan menyelesaikan satu per satu. Artinya tidak boleh serakah langsung menelan semuanya. Pastilah terbengkalai kalau seperti itu.
Gerak dan pusat. Dua hal yang menjadi inspirasi pada paragraf ke dua " Berdampingan deburan dan desir,,,"
***
Pagi menjelang siang. Aku mencoba menuliskan ini meski kantuk masih memperdayaku dalam tidur. Bukan pulas. Supaya tuntas rasaku menuangkan bulir-bulir rindu. Saya menghadirkannya seperti hipnotis yang kau tidak akan paham dan mengerti. Sebab kerinduanku menghipnotisku sendiri dalam kabut ketidaksadaran.
Tangkai-tangkai rindu
Mengajak dengan merdu
Bersahaja bukan diam merenung
Menikmati rindu
Tangkai-tangkai rindu
Bergejolak bukan sebab nafsu
Melainkan rasa yang menuntun
Supaya suci menjadi modal utama
Kau yang paham adalah kau yang terhipnotis dan tidak mampu menerima itu dengan mudah. Seperti itulah rinduku.
Cairo, 26 Juni 2015
3 komentar:
matamu indah ahmae...
kenapa di endchat tadi?
dari mana bisa kau berkata begitu?
Posting Komentar